Monday, September 9, 2013

PERISTIWA BERDARAH


PERISTIWA BERDARAH
Oleh : Khaza @lifa


            Ratusan petani berkumpul gembira, menyambut perayaan hari petani sedunia. Lantunan suara Gong dan gamelan mengarungi perayaan diatas gulungan tanah sengketa. Suasana begitu menggembirakan, puluhan anak-anak kecil, nenek-nenek hingga bocah kecil jagoan sang surya turut menghadiri acara tersebut.
            Beberapa lama terlah berlalu, jam dipergelangan tangan telah menunjuk jam 08:30. Deretan baris para polisi seketika tiba mengelilingi penyelenggaraan acara tersebut. Tak ada yang hawatir ataupun takut, tak mungkin juga harus ditangkap, perayaan tersebut juga telah diizinkan oleh sang Mabas Polri. Suara semakin menggiur dengan datangnya beberapa track yang berisi para petani dari berbegai daerah yang bertujuan sama. Memperingati hari Tani sedunia.
            Ku turut menikmati lantunan lagu yang begitu indah, dengan lagu daerah yang dilantunkan, semua orang menjadi larut dalam kebahagiaan termasuk aku dan kedua rekan mahasiswa ku.
            Suasana tiba-tiba mencekal batin, ketika semakin banyaknya para polisi yang datang, dengan membawa pasokan brimob yang dilengkapi dengan senjata api diiringi dengan satu pansher gas air mata. Tak sedikitpun hati ku merasa kecut, karena pikir ku, mereka akan menjaga acara yang para petani gelar diatas tanah sengketa tersebut.
            Setengah jam telah berlalu, suasana masih seperti biasa. Namun seketika dalam pertengahan detik pertama, suana langsung berubah derastis. Tembakan para polisi menggiurkan batin, kami dibubarkan secara paksa, tenda yang kami bangun dengan sejuta semangat yang membara seketika dirobohkan. Ratusan peluru meluncur seakan mengejar, hingga beberapa orang terkapar, mengeluarkan darah ditanah perjuangan.
            Sesegera mungkin ku selamatkan anak-anak tak berdosa dan nenek-nenek tak berdaya meninggalkan serangan dari karib sendiri. Kami diserang dengan sekutu sendiri. Seakan teman menjadi lawan.
            Kami para mahasiswa dan petani mencoba melawan, dari kejamnya penguasa yang dzalim. Dengan bambu runcing yang diasah dengan semangat. Sekitika aku membayangkan bahwa aku tengah berada dimasa penjajahan, namun yang menjadi lawan bukanlah musuh yang patut diusir, namun yang berdiri didepan kami adalah ratusan kawan yang menjadi lawan.
            Kekejaman sang penguasa membabi buta, orang-orang tak bersalah ditembaki dengan ratusan butir peluru, sedang para koruptor tertawa terbahak-bahak memakan hak milik rakyat. Sungguh kejam.
            Kini telah puluhan orang terkapar ditanah lapang peninggalan nenek moyang, pansnya peluru menusuk tubuh, memberi duka yang begitu dalam. Dengan orang yang masih tersisa dalam semangat, kami memperjuangkan hak milik rakyat. Khususnya para petani.
            Seketika peluru karet menusuk dada,tetesan darah bercucuran memerahkan kemeja putih yang ku kenakan, akupun terkapar dan tak berdaya. Gugur dalam perjuangan membela rakyat. Dari kejamnya para penguasa yang dzalim.
           




Menitari 26 september 2012

No comments:

Post a Comment

Bagaimana Isi Blog ini ?