Friday, December 6, 2013

Islam Dalam Masyarakat Sasak : Kajian Islam Wetu Telu

Draft Poposal Penelitian
Islam Dalam Masyarakat Sasak : Kajian Islam Wetu Telu

  1. Latar Belakang Masalah
Seperti yang kita ketahui, bahwasanya Islam merupakan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad S.A.W. Nabi akhir zaman, penutup para Nabi. Agama islampun tersebar diseluruh penjuru dunia. Agama yang bersifat universal sebagaimana yang tertuang didalam Firman Allah didalam Al-Qur’an surat Al-anbiya’ ayat 103 yang artinya :
“Dan tidaklah kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”

            Berdasarkan firman diatas maka dapat dipahami bahwa nabi Muhammad merupakan utusan Allah untuk seluruh umat manusia dimanapun mereka berada.[1] Maka cukup jelas bahwasanya agama islam bukanlah agama yang dipeluk oleh orang-orang arab saja, melainkan agama Islam adalah agama yang harus dipeluk oleh seluruh umat manusia didunia ini.  Termasuk juga suku sasak yang berada didaerah Lombok.
Berbicara mengenai pulau Lombok, tak sedikit orang yang bisa lansung mengetahuinya. Pasalnya, pulau ini terletak ditepi jauh Ibu Kota Nusantara yang sangat jarang dikunjungi oleh stasiun televisi ataupun sebagainya. Pulau Lombok adalah salah satu pulau dari sekian banyak kepulauan di Indonesia. Pulau yang merupakan bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Pulau yang banyak dikenal sebagai pulau seribu masjid, karena begitu banyaknya bangunan masjid yang terhampar dipulau tersebut.[2]
Dipulau inilah terdapat suatu tempat dimana terdapat suatu masyarakat yang menganut Islam wetu telu (waktu tiga). Wetu telu merupakan variasi Islam yang mencul  didalam masyarakat sasak didaerah Bayan, Lombok. Varian ini muncul  akibat dari proses islamisasi yang dilakukan oleh para muballig ataupun kiyai yang berasal dari pulau jawa pasca runtuhnya kerajaan Majapahit. Para muballig yang melakukan islamisasi tersebut sedikit demi sedikit masuk ditengah keberagaman masyarakat sasak dan secara bertahap para muballig tersebut menghilangkan kebiasaan-kebiasaan adat yang bertentangan dengan ajaran islam.
Namun kerena keterbatasan waktu dari para Muballig yang melakukan dakwah di masyarakat sasak, proses islamisasi itupun terputus dan belum sepenuhnya diajarkan secara sempurna oleh para muballig. Hal ini menyebabkan masyarakat sasak yangbterletak didaerah bayan Lombok hanya mengamalkan Islam wetu telu ( Islam waktu tiga) dalam hidup berislam sesama pemeluknya.
Pada dasarnya seperti yang kita ketahui, islam adalah agama yang melaksanakan kewajiban beribadatan sebanyak lima waktu, namun dalam masyarakat wetu telu ini dikenal sebagai variasi islam yang selalu melakukan kegiatan sehari-hari hanya dengan telu waktu (tiga waktu) baik itu dalam hidup beragama, masarakat ataupun alam.[3]
 Islam wetu telu juga bisa dikatagorikan sebagai agama tradisional dan bisa dikatakan bukan termasuk agama Samawi yang pada dasarnya merupakan dasar dari Agama Islam.[4] Maka dapat dikatakan bahwasanya Islam wetu telu adalah Islam yang agak jauh melenceng dari syariat Islam pada hakikatnya. Pada dasarnya Islam wetu telu juga menyakini kebenaran Allah sebagai Sang Pencipta dan Nabi Muhammad sebagai Nabi atau Utusan untuk umat manusia yang diberikan mukjizat Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia, namun Al-Qur’an sebagai pedoman untuk umat Islam belum sepenuhnya diamalkan oleh penganut Islam Wetu telu.
Para penganut Islam Wetu Telu ini lebih cendrung kepada apa yang telah diajarkan oleh nenek moyang mereka pada masa lampau. Maka apapun yang menjadi ajaran nenek moyang dimasa lampau, maka itulah yang diyakini sebagai suatu kebenaran. Contohnya dalam hal shalat, puasa dan lain-lain.
Pada dasarnya yang merupakan ciri dari agama Islam adalah melakukan shalat Lima waktu dan shalat-shalat yang lainnya. Namun hal ini tidak ditemukan dalam Islam wetu telu. Pasalnya shalat yang dilakukan oleh penganut Islam wetu telu hanya dilakukan oleh para kiai dan penghulu saja. Shalat yang dilakukan oleh penganut Islam wetu telu pun hanyalah tiga macam yaitu : Shalat jenazah, shalat Jum’at dan shalat Id baik itu hari raya idul fitri ataupun idul adha. Lain shalat maka lain halnya dengan puasa. Penganut Islam wetu telu juga dikenal sebagai penganut Islam yang melakukan puasa ramadhan dalam tiga waktu yaitu tiga hari diawal bulan Ramadhan, tiga hari pertengahan ramadhan dan tiga hari akhir bulan ramadhan. Maka melalui hal tersebut dapat kita ketahui bahwasya varian Islam ini begitu jauh melenceng dari syariat Islam.[5]
Selain itu, terdapat suatu hal yang menarik didalam pemeluk varian islam wetu telu, dimana para pemeluknya hanya menerapkan tiga rukun islam.[6] Maka berdasarkan fenomena inilah, studi tentang varian islam wetu telu menjadi sangat penting untuk diteliti.

  1. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis ingin meneliti tentang Islam Dalam Masyarakat Sasak : Kajian Islam Wetu Telu yang berada didaerah Bayan, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Maka berdasarkan persolan diatas, pokok masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.      Bagaimanakah latar belakang kemunculan Varian Islam wetu telu?
2.      Mengapa Islam wetu telu masih berkembang sampai dengan saat ini, padahal ajarannya merupakan ajaran yang melenceng dari syariat Islam?
3.      Bagaimana Kontribusi para Kiyai dalam menanggapi permasalahan varian islam wetu telu ?


  1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.      Untuk mengetahui latar belakang kemunculan Islam Wetu Telu.
2.      Untuk mengetahui keberagaman Islam didaerah Lombok, Nusa Tenggara Barat.
3.      Mengetahui penyebebab hingga masih berkembangya Islam Wetu Telu hingga saat ini.
4.      Mengetahui kontribusi dari para kiyai dilombok tentang masalah Varian islam wetu telu.




  1. Signifikansi Penelitian
Signifikansi atau manfaat dari penelitian ini adalah :
1.      Dapat dijadikan rujukan dalam memahami varian Islam wetu telu.
2.      Memberikan konstribusi terhadap khazanah Intelektual Islam berkaitan dengan keberagaman dari agama Islam.
3.      Memberikan suatu pengetahun terhadap apa yang belum kita ketahui sebelumnya tentang islam wetu telu.



  1. Telaah Pustaka
Dari berbagai macam cara penelusuran yang dilakukan penyusun terhadap konsep tentang variasi Islam wetu setidaknya ada beberapa buku yang secara lengkap membahas tentang hal tersebut. Itupun hanya beberapa saja.
Salah satu karya yang berjudul Islam dan Kebudayaan : Akulturasi Nilai-nilai Islam Dalam Masyarakat Sasak, Dr. H. Ahmad Abd. Syakur memaparkan bahwa kemunculan  Variasi Islam Wetu Telu kurang begitu jelas. Namun diduga keras bahwasanya Variasi Islam wetu telu muncul karena proses pengislaman yang dilakukan oleh para ulama’ dari pulau Jawa yang melakukan dakwah ke pulau Lombok paska runtuhnya kerajaan Majapahit.[7]
Para muballig yang melakukan dakwah ke pulau Lombok seketika langsung berhadapan dengan kepercayaan serta adat istiadat yang sudah ada dalam masyarakat local, hingga akhirnya para muballig tersebut melakukan dakwah secara damai. Dengan kedamaian yang ditawarkan oleh para muballig tersebut akhirnya masyarakat sasak sedikit demi sedikit mulai menerima keberadaan islam dan proses islamisasipun berjalan dengan mulus meskipun itu semua secara bertahap hingga pada akhirnya masyarakat sasak mulai menyembah Allah S.W.T. Tuhan Yang Maha Esa. Dan sedikit demi sedikit kepercayaan adat yang bertentangan dengan syariat Islam mulai dihapuskan.
Mengenai kajian Varian Islam Wetu Telu, terdapat juga sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dra. Sri Murni memaparkan tentang berbagai sistem-sistem religi didalam masyarakat sasak, khususnya masyarakat yang memeluk Varian Islam Wetu Telu.
Selain itu, dalam bukunya yang berjudul Lombok Mirah Sasak Adi : Sejarah Sosial, Islam, Budaya, Politik dan Ekonomi Lombok, Muhammad Harfin Zuhdi. Dkk mengemukakan tentang interaksi keberagaman beserta sejarah munculnya Varian Wetu Telu di Bayan, Lombok. Serta mencakup berbagai hal yang menjadi landasan utama hukum dalam Varian Islam tersebut.
Tak lupa, penulis melakukan research terhadap karya Dr. Erni Budiwanti yang berjudul “Islam Sasak, Wetu Telu Versus Wetu Lima yang dimana mencakup mengenai sejarah munculnya Varian islam wetu telu beserta beberapa adat-istiadat masyarakat sasak yang diyakini sebagai suatu landasan hidup sehari hari, beserta berbagai perbedaan antara para penganut islam wetu telu versus waktu lima.
Untuk mengetahui kontribusi Kiya’i di Lombok, penulis akan menggunakan tesis karya Erlan Muliadi yang berjudul “Kotribusi Tuan Guru KH. Muhammad AbdulZainuddin Abdul Majid Dalam Pembaharuan Pendidikan Islam di Pulau Lombok Pada Tahun 1932-1997. Dimana dalam tesis tersebut dijelaskan peran dari seorang Kiya’i (Tuan Guru) dalam menyebarkan Islam yang Kuffah kepada masyarakat Lombok.


  1. Metode Penelitian
Agar suatu penelitian lebih terarah dan sistematis, tentunya diperlukan suatu metode yang  jelas, begitu juga dengan penelitian ini, tentunya juga penyusun gunakan untuk memaparkan, mengkaji, serta menganalisis data-data yang ada untuk diteliti.
1.      Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka (Library Research), yaitu penelitian yang sumber datanya diperoleh dari sumber-sumber tertulis, meliputi buku, jurnal, skripsi dan lain-lain.
2.      Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis. Yang bertujuan untuk memperoleh suatu gambaran yang jelas tentang Varian islam wetu telu baik perkembangan maupun pandangan dari para pemeluk Islam yang tidak menganut varian islam wetu telu.
3.      Sumber Data
Pada penelitian ini, penyusun mengambil data dari beberapa karya yang berhubungan dengan topic penelitian yang dilakukan oleh penyusun. Karya-karya terdahulu yang pernah melakukan penelitian terhadap topic baik itu buku-buku ataupun skripsi.
4.      Analisis Data
Dalam hal ini penyusun melakukan analisis data yang sudah ada yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Data yang sudah dirangkum oleh para peneliti sebelumnya.

  1. Sistematika Pembahasan

Bab pertama merupakan pendahuluan, yang membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan masalah, Signifikansi masalah, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab dua membahas tentang sejarah munculnya agama islam di Lombok khususnya islam wetu telu.
Bab ketiga membahas tentang kosep tentang Varian Islam sasak Wetu telu, yang meliputi hasil dari para peneliti sebelumnya.
Bab keempat membahas tentang titik tolak dari permasalahan hingga menyebabkan terjadinya kesalahan pemahaman dalam nuansa keislaman.
Bab kelima merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan dari seluruh rangkaian yang telah dikemukakan dan merupakan jawaban dari rumusan permasalahan yang ada. Pada bab ini juga disertakan saran-saran dan rekomundasi.





  1. Daftar Pustaka

Abd. Syakur, H. Ahmad,2006, Islam dan Kebudayaan Sasak : Akulturasi Nilai-nilai Islam Dalam Budaya Sasak, Yogyakarta : AdabPress.
Harfin Zuhdi, Ahmad (dkk), 2011, Lombok Mirah Sasak Adi : Sejarah Sosial, Islam, Budaya, Politik dan Ekonomi Lombok,  Jakarta : ImsakPress.
Murni, Sri, February 1999, Wetu Telu Dalam Sistem Religi Orag Sasak, Depok :Lembaga Penelitia Universitas Indonesia.
Budiwanti, Erni, 2000, Islam Sasak : Wetu telu versus waktu lima, Yogyakarta : Lkis Yogyakarta.




[1] Ahmad Abd Syukur, “Islam dan Kebudayaan : Akulturasi Nilai-nilai Islam Dalam Budaya Sasak (Yogyakarta :Adab Press, 2006) hlm 3
[2] Ahmad Abd Syukur, “Islam dan Kebudayaan : Akulturasi Nilai-nilai Islam Dalam Budaya Sasak (Yogyakarta :Adab Press, 2006) hlm 4
[3] Ahmad Abd Syukur, “Islam dan Kebudayaan : Akulturasi Nilai-nilai Islam Dalam Budaya Sasak (Yogyakarta :Adab Press, 2006) hlm 122
[4] Muhammad Harfin Zuhdi. Dkk, “Lombok Mirah Sasak Adi : Sejarah Sosial, Islam, Budaya, Politik dan Ekonomi Lombok” (Jakarta : ImsakPress,2011) hlm 69-70
[5] Ahmad Abd Syukur, “Islam dan Kebudayaan : Akulturasi Nilai-nilai Islam Dalam Budaya Sasak (Yogyakarta :Adab Press, 2006) hlm 124
[6]  Sri Murni, “wetu telu dalam sistem religi masyarakat sasak”, (Depok : Lembaga penelitian Universitas Indonesia, 1999) hlm 2
[7] Ahmad Abd Syukur, “Islam dan Kebudayaan : Akulturasi Nilai-nilai Islam Dalam Budaya Sasak (Yogyakarta :Adab Press, 2006) hlm 118

No comments:

Post a Comment

Bagaimana Isi Blog ini ?