Al-Qur’an telah memberikan informasi
kepada kita mengenai proses penciptaan manusia melalui beberapa fase: dari
tanah menjadi lumpur, menjadi tanah liat yang dibentuk, menjadi tanah kering,
kemudian Allah swt. meniupkan ruh kepadanya, lalu terciptalah Adam a.s. Hal ini
diisyaratkan Allah dalam Surah Shaad [38] ayat 71-72 yang artinya :
"(Ingatlah)
ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan
manusia dari tanah. Maka, apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan
kepadanya ruh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu menyungkur dengan bersujud
kepadanya.” (Q.S. Shaad [38]: 71-72.)”
Perhatikan
juga firman Allah dalam Surah al-H{ijr [15] ayat 28-29 yang artinya :
“Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku
akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari
lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan
kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah
kamu kepadanya dengan bersujud.” (Q.S. al-Hijr [15]: 28-29).
Dalam Al-Qur’an, kata ruh (ar-ruh)
mempunyai beberapa arti. Pengertian ruh yang disebutkan dalam ayat-ayat yang
menjelaskan penciptaan Adam a.s. adalah ruh dari Allah swt. yang menjadikan
manusia memiliki kecenderungan pada sifat-sifat luhur dan mengikuti kebenaran.
Hal ini yang kemudian menjadikan manusia lebih unggul dibanding seluruh makhluk
yang lain. Karakteristik ruh yang berasal dari Allah ini menjadikan manusia cenderung
untuk mengenal Allah swt. dan beribadah kepada-Nya, memperoleh ilmu pengetahuan
dan menggunakannya untuk kemakmuran bumi, serta berpegang pada nilai-nilai
luhur dalam perilakunya, baik secara individual maupun sosial, yang dapat
mengangkat derajatnya ke taraf kesempurnaan insaniah yang tinggi. Oleh sebab
itu, manusia layak menjadi khalifah Allah swt.
Ruh dan materi yang terdapat pada
manusia itu tercipta dalam satu kesatuan yang saling melengkapi dan harmonis.
Dari perpaduan keduanya ini terbentuklah diri manusia dan kepribadiannya.
Dengan memperhatikan esensi manusia dengan sempurna dari perpaduan dua unsur
tersebut, ruh dan materi, kita akan dapat memahami kepribadian manusia secara
akurat.
Kemudian, dalam ayat lain juga
disebutkan mengenai permulaan penciptaan manusia yang berasal dari tanah.
Sebagaimana Firman Allah yang artinya :
"Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang
kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya kami telah menjadikan
kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah,
kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak
sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahim, apa
yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian kami keluarkan
kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada
kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara
kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi
sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan, kamu lihat bumi ini kering,
kemudian apabila telah kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan
suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (Q.S.
al-Hajj [22]: 5). Dalam ayat lain juga mengungkapkan :
"Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu kami
bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka, Mahasuci-lah Allah, Pencipta yang paling baik. (Q.S. al-Mu’minuun [23]:
13-14).
Itulah di antara sekian banyak ayat
Al-Qur’an yang menjelaskan tentang asal-usul penciptaan manusia. Penciptaan
manusia yang bermula dari tanah ini tidak berarti bahwa manusia dicetak dengan
memakai bahan tanah seperti orang membuat patung dari tanah. Akan tetapi,
penciptaan manusia dari tanah tersebut bermakna simbolik, yaitu saripati yang
merupakan faktor utama dalam pembentukan jasad manusia. Penegasan Al-Qur’an
yang menyatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah ini merujuk pada pengertian
jasadnya. Oleh karena itu, Al-Qur’an menyatakan bahwa kelak ketika ajal
kematian manusia telah sampai, maka jasad itu akan kembali pula ke asalnya,
yaitu tanah.
Secara komprehensif, Umar Shihab
memaparkan bahwa proses penciptaan manusia terbagi ke dalam beberapa fase
kehidupan sebagai berikut. Pertama, fase awal kehidupan manusia yang
berupa tanah. Manusia berasal dari tanah disebabkan oleh dua hal: (1) manusia
adalah keturunan Nabi Adam a.s. yang diciptakan dari tanah; (2) sperma atau
ovum yang menjadi cikal bakal manusia bersumber dari saripati makanan yang
berasal dari tanah. Kedua, saripati makanan yang berasal dari tanah
tersebut menjadi sperma atau ovum, yang disebut oleh Al-Qur’an dengan istilah nutfah.
Ketiga, kemudian sperma dan ovum tersebut menyatu dan menetap di rahim
sehingga berubah menjadi embrio (‘alaqah). Keempat, proses
selanjutnya, embrio tersebut berubah menjadi segumpal daging (mudlghah).
Kelima, proses ini merupakan kelanjutan dari mudlghah. Dalam hal
ini, bentuk embrio sudah mengeras dan menguat sampai berubah menjadi tulang
belulang (‘idzaam). Keenam, proses penciptaan manusia selanjutnya
adalah menjadi daging (lahmah). Ketujuh, proses peniupan ruh.
Pada fase ini, embrio sudah berubah menjadi bayi dan mulai bergerak. Kedelapan,
setelah sempurna kejadiannya, akhirnya lahirlah bayi tersebut di atas dunia.
Semoga
Bermanfaat
No comments:
Post a Comment